Wanita Suci Pilihan Nabi-bagian 3
Beberapa
bulan setelah kepergiannya, kafilah Mekah pun datang kembali. Di tempat
perhentian Marr Al Zahran, sehari perjalanan dari Mekah, para agen biasanya
mendahului datang ke Mekah untuk memberi laporan perdagangan. Muhammad pun
demikian. Ia lebih dulu tiba di Mekah. Namun, sebelum bertemu Khadijah, ia
berthawaf dulu tujuh keliling mengelilingi Ka'bah.
Dari atas
balkonnya yang megah, Khadijah bergegas datang menyambut dan Muhammad pun
melaporkan hasil penjualan, barang yang dibeli, serta berbagai pengalaman kecil
dalam perjalanan. Saat itu, Khadijah sudah sangat terkesan dengan hasil yang
diperoleh Muhammad, tetapi itu belum seberapa. Setelah Muhammad pulang,
Maisarah menceritakan sendiri kesan-kesannya terhadap Muhammad.
"Sungguh,
belum pernah aku melihat pemuda yang demikian sempurna memEngkaung masa depan.
Keputusan-keputusannya selalu tepat dan perkiraannya tidak pernah salah. Ia
juga sangat jujur dan sopan, " demikian sebagian kisah Maisarah.
Khadijah
betul-betul terkesan dengan agen barunya
itu. Waraqah bin Naufal pun datang dan mendengar sendiri kisah Maisarah tentang
Muhammad. Ada hal yang aneh pada diri Maisarah. Biasanya, ia sangat menekankan
laporannya pada masalah masalah bisnis. Akan tetapi, kini persoalan dagang
seolah-olah menjadi hal kecil. Yang dibicarakan Maisarah kali ini melulu
tentang Muhammad, Muhammad, dan Muhammad. Padahal, keuntungan yang mereka dapat
kali ini benar benar luar biasa. Jika dikatakan bahwa Khadijah memiliki
"Sentuhan Emas", tepatlah apabila Muhammad disebut memiliki
"Sentuhan penuh berkah".
Ketika
Waraqah telah mendengar semua itu, ia tenggelam dalam pemikiran yang sungguh
sungguh. Setelah cukup lama berdiam diri, ia berkata kepada Khadijah,
"Mendengar darimu dan dari Maisarah mengenai Muhammad dan juga dari apa
yang kulihat sendiri, aku berpendapat bahwa ia memiliki semua sifat dan
kemampuan sebagai seorang utusan Allah. Mungkin dialah yang ditakdirkan untuk
menjadi salah seorang di antara para rasul pada masa yang akan datang."
Tersebab
ketertarikan pada sosok Muhammad yang bertambah-tambah, Khadijah kemudian meminta
bantuan Nafisah binti Munyah mencari jalan untuk mengetahui bagaimana pandangan
Muhammad tentang diri Khadijah. Nafisah tahu setelah suami kedua Khadijah
meninggal, banyak bangsawan Quraisy yang melamarnya, namun Khadijah menolak
semua itu. Nafisah tahu bahwa Khadijah takut semua lamaran itu hanya bertujuan
mengincar hartanya. Lebih dari itu, Nafisah juga tahu bahwa yang diinginkan
Khadijah adalah seorang laki-laki berakhlak agung. Nafisah juga tahu bahwa ada
satu laki-laki yang seperti itu di Mekah: Muhammad.
Karena
itulah, begitu Khadijah membuka diri kepadanya tentang Muhammad, Nafisah tidak
terkejut lagi. Maka, ketika Muhammad dalam perjalanan pulang dari Ka'bah,
Nafisah menghentikannya. Nafisah pun bertanya, "Wahai Muhammad, Engkau
telah menjadi seorang pemuda. Banyak lelaki yang lebih muda daripada Engkau
telah menikah dan beberapa di antaranya bahkan telah mempunyai anak. Mengapa Engkau
tidak menikah?"
"Aku
belum mampu menikah, ya Nafisah. Aku tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk
menikah."
"Apa
jawaban Engkau jika ada seorang wanita yang cantik, kaya, dan terhormat mau
menikah dengan Engkau walaupun Engkau miskin?"
Muhammad
balik bertanya dengan sedikit terperangah, "Siapakah wanita yang seperti
itu?"
Nafisah
tersenyum, "Wanita itu adalah Khadijah putri Khuwailid."
"Khadijah?
Bagaimana mungkin Khadijah mau menikah denganku? Bukankah Engkau tahu bahwa
banyak bangsawan kaya raya dan kepala kepala suku di Arab ini yang telah
melamarnya dan ia telah menolak mereka semua?"
"Jika
Engkau mau menikahinya, katakan saja dan serahkan semuanya kepadaku. Aku akan
mengurus semuanya."
Ketika
Abu Thalib menyetujuinya, Muhammad pun mengiyakan Nafisah. Maka, pernikahan pun
dilangsungkan. Sebagai pengantin, Muhammad datang didampingi paman -pamannya
yang ikut berbahagia.
Bagaimanakah
suasana pernikahan yang agung ini?.
Bersambung....
#30harimenulis
#hari6
#onedayonepost
Terimakasih sudah berkunjung dan berkomentar. Semoga bermanfaat